JEJAK LANGKAH HANTU KOMUNIS SEBUAH BIOGRAFI
A.Riwayat Hidup Karl Marx
Karl Marx merupakan tokoh filosof besar, pemikirannya pernah mengguncang dunia dan sampai sekarang pun, pemikiran Marx masih menantang untuk diperbincangkan. Marx lahir pada tahun 1818 di kota Tier, provinsi Rijn, negara bagian Prusia dengan nama lengkap Karl Heinrich Marx. Keluarga Marx cukup berada sebagai kelas menengah. Ayahnya bernama Heinrich Heschel Marx, seorang ahli hukum keturunan Yahudi, bekerja sebagai pengacara pada pengadilan tinggi tingkat banding di kota itu. Ketika pada akhir perang liberal mengalahkan Napoleon, pemerintah Prusia mengambil-alih kota Tier dari tangan Prancis pada tahun 1814 dan mengesahkan kembali hukum anti Yahudi (T.Z. Lavine, 2003: 29). Heinrich Marx yang bekerja sebagai pegawai negeri, merasa terancam dengan sikap pemerintah tersebut. Pada tahun 1817, ia masuk agama Kristen Protestan. Ibu Marx bernama Heinritte Presburg menyusul delapan tahun kemudian, Karl Marx sendiri dan saudaranya dibaptis pada tahun 1824. Peristiwa tersebut sebagai pengalaman, yang nantinya mambawa Marx pada pandangan “agama candu”.
Marx tumbuh sebagai anak yang cerdas, ia mengenyam pendidikan Gymnasium (setara dengan SMU) sebuah sekolah lokal di kota Tier. Pada usia 17 tahun, Marx menyelesaikan pendidikannya dan ayah Marx menyuruh untuk melanjutkan studi hukum di Universitas Bonn. Marx sebenarnya tidak tertarik dengan studi hukum, ia lebih tertarik seni dan ia berniat menjadi seorang penyair. Selama satu semester di Bonn, ia hanya menghabiskan uang kiriman ayahnya saja. Lalu tanpa menunggu izin ayahnya, Marx pindah ke Berlin dan mulai belajar filsafat (Franz Magnis-Suseno, 2001: 46).
Pada tahun 1836 sampai 1841 pada masa pemerintahan Raja Frederick William III, situasi politik di Prusia semakin represif dan menjadi Negara otoriter dengan dibatasi kebebasan rakyat, pers di sensor, dosen-dosen dan mahasiswa di universitas diawasi dengan ketat, agar dosen-dosen dan mahsiswa tidak membuat suatu gerakan yang melawan pemerintah.
Ketika Marx masuk Universitas Berlin pada tahun 1836, Hegel telah meninggal lima tahun sebelumnya. Walau sudah di tinggalkan Hegel, namun pengaruh filsafat Hegel sangat besar. Mahasiwa-mahasiswa di Berlin sangat mengagumi pemikiran Hegel, sehingga terciptalah kelompok Hegelian. Kelompok Helian saat itu pecah menjadi dua; yaitu sayap kanan yang konservatif dan sayap kiri yang merupakan kelompok radikal (T.Z. Lavine, 2003: 30). Marx dengan serius mendalami pemikiran hegel dan menjadi salah satu pimpinan kelompok radikal sayap kiri yang disebut dengan Hegelian Muda. Dengan penekan pada rasionalitas dan kebebasan, filsafat Hegel tampak sebagai sarana yang sangat cocok untuk mengkritik sistem-sistem politik otoriter. Hegel diartikan sebagai guru revolusi (Franz Magnis-Suseno, 2001: 47).
Selain mengkritik pemerintaha, Hegelian kiri pun menyerang kelompok Hegelian kanan yang konservatif yang menganggap Hegel sebagai seorang teolog Protestan dan pendukung Negara Prusia.
Marx mendapatkan promosi menjadi doktor filsafat oleh Universitas Jena dengan sebuah Disertasi tentang filsafat Demokritos dan Epikuros pada tahun 1841. Dalam disertasinya, ia sangat terkesan oleh Hegel, disisilain di sangat ambiguitas atas kenyataan masyarakat Prusia, berkebalikan dengan masyarakat rasional dan bebas seperti yang dipikirkan oleh Hegel (Franz Magnis-Suseno, 2001: 48). T.Z. Lavine menjelaskan ambiguitas Hegel;
(a) Dalam satu sisi, Hegel menyucikan Negara Kristen-Prusia sebagai puncaknya. Padahal keseharian Negara Prusia adalah sebuah Negara otoriter.
(b) Di satu sisi, Hegel hanya memandang rendah liberalisme politik dan komponen kembarnya yaitu individualisme dan demokrasi. Bagi Hegel, Negara mempunyai kekuatan absolut dan otoritas moral diatas individu. Namun dalam filsafat sejarah, Hegel mengibarkan bendera kebebasan.
(c) Tuhan merupakan totalitas absolute kebenaran rasional, dari semua konsep rasionalitas. Di sisi lain, Hegel menyatakan Tuhan tidak eksis, kecuali dalam lingkungan manusia. Hegelian muda mengambil radikal dari ambiguitas Hegel tentang keberadaan Tuhan dengan sikap Ateisme, bahwa Tuhan hanya eksis sebagai kesadaran manusia sebenarnya tidak ada sama sekali. (d) Ambiguitas Hegel tentang yang “kenyataan adalah rasional dan yang rasional adalah yang nyata”. Kaum Hegelan konservatif hanya memanadang “kenyataan adalah rasional” dan menginterpreetasi bahwa apa pun yang ada merupakan hal penting dalam proses dialektika, yang mewujudkan absolutisme. Sedangkan kaum radikan menilai “rasional adalah nyata”, dan tugas ahli filsafat ialah untuk mengkritik semua pranata social sehingga mereka bisa menjadi rasional dan karenanya akan menjadi lebih nyata. “Kritisisme” menjadi slogan Hegelian Muda (T.Z. Lavine, 2003: 31-34).
Setelah lulus promosi, Marx pindah ke Koln dan menjadi editor redaksi harian Die Rheinische Zitung di Cologne, sebuah Koran liberal-progresif Franz Magnis-Suseno, 2001: 48). Karena tulisan-tulisan yang radikal dan sensor yang dilakuakan pemerintah Prusia, maka marx terpaksa melepaskan jabatannya pada tahun 1843 dan penerbitannya dibredel. Pada tahun itu juga Marx menikah dengan Jenny von Westphalen, putrid seorang bangsawan . bersama Jenny, Marx pindah ke Paris yang menjadi pusat gerakan Sosialisme. Di Parancis Marx bertemu dengan Pierre-Joseph Proudhon (1809-1865), Mikhail Bakunin (1814-1876) tokoh anarkis dan ia bertemu dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang menjadi sahabat karibnya. Prancis di tahuan 1843-1845, merupakan tahun-tahun penting dalam perkembangan intelektualnya. Ada tiga tulisan penting dari periode ini. yang pertama adalah Philosopical and Economic Manuscripts dari tahun 1844, juga disebut naskah-naskah Paris, yang kedua adalah Holly Family, yang mengkritik teman-temannya yang tergabung dalam kelompok Hegelian Muda. Marx menyatakan dalam mencari dasar dari alienasi tidak hanya dengan berpikir spekulatif tetapi dengan mengkaji sistem produksi yang timpang (Franz Magnis-Suseno, 2001: 50). Pada tahun 1845, Engels mempublikasikan karya Condition of The Working Class in England, yang menjelaskan kondisi pekerja dan gerakan pekerja di Ingris. Ia membatu Marx dalam pekerjaan-pekerjaan intelektual, yaitu membumikan pemikiran Marx dengan menunjukan pentingnya Inggris Raya dalam perkembangan kapitalisme. Pada tahun 1846 Marx bersama Engels menulis The German Ideology (Franz Magnis-Suseno, 2001: 49-50).
Negara Prusia meminta pemerintahan Prancis untuk member Marx hukuman. Marx terusir dari Prancis pada tahun 1845. Dia pergi ke Brussels dan memulai hidupnya yang sarat agitasi politik dan propaganda. Di Brussels Marx dan Engels sempat menulis sebuah dokumen terkenal Manifesto Komunis. Tiga tahun kemudian, pada awal revolusi yang menyapu Eropa selama tahun 1848, Marx dengan kelurganya diusir juga dari Belgia dan pindah ke London. Tahun-tahun terahir hidupnya sepi, waktu ia meninggal hanya delapan orang yang berdiri di sisi makamnya.
Labels:
Tulisan Kritis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment