Hari Pers Nasional 2006

 
Revolusi teknologi informasi!

Itulah perubahan besar yang terus kita alami. Media menjadi multimedia. Tidak lagi terbatas media cetak, sekaligus media elektronik. Radio, film, televisi, internet, semua yang termasuk media digital, kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan media, sebagai sumber informasi. Kita sungguh sedang merasuki apa yang disebut dengan era digital.

Harian, apalagi majalah, terikat periodisitas, terbit secara teratur pada waktu tertentu. Media elektronik dan digital tak terikat periodisitas. Peristiwa dan masalah langsung dapat ditayangkan dan disiarkan secara serentak dan serempak.

Media apa pun memiliki rangkaian tiga peran: informasi, pendidikan, hiburan (entertainment). Ketika media mutakhir terbawa arus peran hiburan, format dan ekspresi hiburan juga melanda peran informasi dan edukasi. Kita kenal munculnya infotainment, edutainment, infomersial.

Media cetak hidup dari pelanggan dan iklan. Di negara yang ekonominya maju, bermunculan media cetak yang hanya hidup dari iklan. Kita kemukakan semua itu untuk melukiskan dalam kondisi macam apakah media yang menjadi multimedia kini hidup.

Dalam kondisi dan lingkungan bagaimanakah media cetak kini berada. Ya, media cetak, karena kita menyambut Hari Pers Nasional. Multimedia dihadapkan pada kesempatan dan tantangan. Namun, media cetaklah yang lebih banyak dihadapkan pada tantangan oleh berlanjutnya revolusi teknologi informasi yang berlangsung cepat.

Terbatas jumlahnya media cetak yang sempat tumbuh sebagai multimedia dan dapat melakukan konvergensi. Semakin besarlah peran modal, baik modal finansial maupun modal kompetensi profesional, termasuk menejemen.

Sementara itu, proses emansipasi yang berinteraksi dengan demokrasi merangsang. Semakin kuat kebutuhan akan informasi, edukasi, dan entertainment.

Peran klasik, tiga serangkai informasi, edukasi, hiburan pun harus diterjemhkan dan dijabarkan secara aktual dan relevan sesuai dengan perkembangan zaman serta sesuai dengan kekhasan masing-masing mediumnya. Tetap berlaku ungkapan Marshall mcLuhan, the medium is the message. Pesan dipengaruhi dan ikut dibentuk oleh mediumnya, entah surat kabar, radio, televisi, maupun internet.

Apakah juga tetap relevan kaitan interaksi media dengan pandangan kemasyarakatan dan kenegaraannya? Jelas semakin relevan, interaksi itu semakin aktual , mau tidak mau terpengaruh global.

Karena itu, ada baiknya media juga berpaling kesejarahnya. Bagi pers indonesia, sejarah itu panjang dari masa pergerakan. Bagi media elektronik, apalagi digital, sejarah itu bahkan masih perlu dibangun bersama.

Akan tetapi, bagaimana ada waktu, ada peluang dan ada saran –finansial, kompetensi profesional, dan manejemen-jika dari surat kabar dan majalah anggota serikat penerbit surat kabar yang ada, barulah 30 persen saja yang masuk kategori “sehat”.

Belum lagi keperluan mendesak bagi media untuk menangkap keperluan, selera, dan cita rasa khalayaknya dewasa ini. Sungguh suatu tantangan dan permasalahan yang akumulatif.

Justru karena tantangan dan permasalahan serta harapan khlayak itulah hari pers nasional adalah hari berefleksi, belajar dan melangkah menghadapi tantangan yang menghadang di depan

Dikutip dari tajuk rencana Kompas: Kamis, 9 Februari 2006

No comments:

Post a Comment