Teori Pembangunan

Diposkan oleh Wein Arifin on Minggu, 05 April 2009

Resume Buku: Ronald H. Chilcotte, “Teori Perbandingan Politik”

Teori-teori dalam pembangunan politik memiliki tipe: Pertama; berasosiasi dengan gagasan demokrasi, Kedua; terfokus pada aspek-aspek pembangunan dan perubahan politik, Ketiga; menguji krisis dan konsekuensi pembangunan politik. Pembangunan politik bagaimanapun juga harus diimbangi dengan pemerintahan yang kuat dan kewenangan yang teratur. Pertanyaan berkisar pada derajat kebebasan pers, sistem partai, kebiasaan pemberian suara, standar hidup. Kondisi demokrasi menyertakan suatu sistem kelas terbuka, kesejahteraan ekonomi, ekonomi kapitalis, semakin tinggi tingkat industrialisasi, pendidikan, kesejahteraan, semakin besar pula prospek demokrasi.
Ketika pemerintahan berkembang lewat peningkatan pembedaan, krisis kesetaraan dan kapasitas maka dapat menimbulkan situasi krisis identitas, legitimasi, partisipasi, penetrasi dan distribusi.

Krisis identitas berhubungan dengan budaya massa dan elite dalam pengertian perasaan nasional mengenai wilayah, pembelahan mengenai wilayah yang mengrogoti kesatuan nasional dan konflik antar loyalitas etnik dengan komitmen nasional. Krisis legitimasi tumbuh karena perbedaan mengenai kewenangan. Krisis partisipasi adalah sebuah konflik yang terjadi ketika elite yang memerintah memandang pemerintah dan prilaku individu dan kelompok yang mencoba berpartisipasi dalam sistem politik sebagai tidak berlegitimasi. Krisis penetrasi dicirikan oleh tekanan pada elite yang memerintah untuk membuat adaptasi atau inovasi institusional dengan keragaman tertentu. Krisis distribusi dianalisis dalam pengertian masalah-masalah seperti ideologi, sumberdaya fisik dan manusia serta lingkungan institusional.

MODERNISASI

A. Teori Tahap dan Modernisasi

Setelah perang dunia ke II, kepentingan negara kapitalis barat terhadap negara baru tidak hanya berfokus pada keuntungan, ekstradisi bahan mentah dan pasar baru, namun juga pada asumsi bahwa dampingan keuangan dan teknis yang massif akan mentransformasi masyarakat pertanian subsistem ke masyarakat industri modern.

Pendukung yang paling berpengaruh pada tori ini adalah sejarahwan ekonomi Amerika Serikat, Walt W. Rostow, dimana ia memberikan garis besar lima tahap: Pertama; masyarakat tradisional; Kedua, prakondisi untuk tinggal landas; Ketiga, tinggal landas; bergerak menuju kematangan; Kelima, zaman konsumsi massal tingkat tinggi. Dan Keenam; pencarian kualitas.

B. Modernisasi dan Perubahan Masyarakat
Samuel P. huntington menyiratkan industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, meningkatnya mobilitas sosial dan partisipasi politik. Huntington berfokus pada isu peluruhan politik. Peluruhan politik adalah cerminan ketidakstabilan, korupsi, tindakan otoriter, dan kekerasan serta sebagai hasil kegagalan pembangunan yang didefinisikan sebagai peningkatan kapasitas untuk melestarikan kelangsungan transformasi yang diperlukan akibat tantangan modernisasi dan tuntutan perluasan partisipasi. Meskipun pendekatan pembangunannya diklaim bersifat dialektikal, berfluktuasi antara tuntutan dan kapasitas, Huntington akhirnya condong terhadap stabilitas institusional ketimbang tuntutan partisipasi dan mobilisasi yang berpotensi merusak.

C. Politik Modernisasi
David apter menyajikan sebuah tipologi pemerintah dan beberapa teori perubahan. Apter membedakan pembangunan dan modernisasi. Pembangunan merupakan hasil-hasil pertumbuhan dan integrasi peran-peran fungsional dalam sebuah kemunitas. Modernisasi adalah suatu kasus pembangunan.

Apter mengidentifikasi dua model sistem-sistem “Liberatarian-sekuler” atau pluralistic system-sistem “kolektivitas-sakral” atau termobilisasi. Model-model ini dirumuskan sebagai diktomi tipe-tipe ideal di sepanjang rangkaian kewenangan model libertarian-sekuler diwakili oleh sistem rekonsiliasi modern, dicirikan dengan beragamnya kekuasaan dan kepemimpinan, tawar-menawar dan kompromi sebagaimana dicontohkan suatu demokrasi liberal. Model kolektifitas sakral diwakili oleh sistem mobilisasi modern dicirikan oleh kepemimpinan kharismatik dan pribadi, kealiman politik yang berlebihan dan organisasi sebuah partai massa.

KETERBELAKANGAN
Teori-teori pembangunan pada umumnya berhubungan dengan pengalaman negara-negara maju. Beberapa teori keterbelakangan telah memiliki pengaruh. Tiga kecenderungan teoritis yang tumpang tindih sekarang akan diamati: pembangunan kapitalis dipusat dan keterbelakangan dibatas luar, ketidakmerataan pembangunan dan ketidakseimbangan pembangunan.

Frank berpendapat bahwa teori pembangunan yang memadai tidak dapat dirumuskan tanpa perhatian terhadap sejarah ekonomi dan sosial masa lalu sebagaimanan diderita mayoritas penduduk dunia. Frank mengajukan sejumlah dalil. Pertama, keterbelakangan bukanlah bersifat asli atau tradisional. Negara-negara yang sekarang ini maju mungkin pernah tak terbngaun namun tidak terbelakang.

Kedua, pandangan dualisme masyarakat yang satu modern, kapitalis dan maju sedangkan yang lain terisolasi, feodal atau prakapitalis dan terbelakang adalah keliru karena keterbelakang wilayah-wilayah miskin adalah produk-produk historis perkembangan wilayah progresif. Ketiga, hubungan metropole satelit dikemukakan pada tingkat internasional maupun dikehidupan ekonomi, politik dan sosial dikoloni dan negara neo kolonial.

A. Ketidakmerataan Pembangunan
Teori ketidakmerataan pembangungan mengakui beragamnya pola transisi kapitalisme batas luar dan kapitalisme pusat sebagai konsekuensi dari dampak mode produksi kapitalis dan mekanisme perdagangan pada formasi-formasi prakapitalis yang menghasilkan, misalnya penghancuran seni kerajinan tanpa digantikan oleh produksi industri lokal.
Sistem kapitalisme dunia heterogen, terdiri dari formasi pusat yang dominan dan formasi batas luar yang didominasi. Dalam kerangka kerja ini konflik kelas tidak dapat dipandang dalam cakupan sempit berupa entitas nasional melainkan dalam skala dunia

B. Ketidakseimbangan Pembangunan
Barry Bluestone menggambarkan dinaminka ekonomi Amerika Serikat dalam pengertian hukum ketidakseimbangan pembangunan. Sederhananya, mereka yang mengontrol sumberdaya modal berinvestasi dalam produk, permesinan, wilayah dan pekerja dimana pendapatan tertinggi dapat diantisipasi. Hasilnya adalah kesinambungan pertumbuhan dan kemakmuran disektor tertentu yang berkebalikan dengan stagnasi dan pemiskinan disektor dimana investasi menurun atau tidak terjadi sama sekali.

Ketidakseimbangan akan tetap ada selama keputusan investasi swasta mendominasi perencanaan ekonomi dan upaya-upaya negara kapitalis untuk memperluas perannya dalam ekonomi dapat membawa pada ketidakstabilan politik.

C. Ketergantungan
Perspektif ketergantungan kontemporer mengungkapkan bentuk dominasi dan ketergantungan yang berlawanan diantara negara-negara dunia kapitalis. Negara dependen mungkin berkembang sebagai cerminan sekspansi negara-negara dominan atau terbelakang sebagai konsekuensi hubungan ketergantungan mereka. Ilmuwan sosial Brazil Dos Santos membenarkan bahwa dengan ketergantungan kita mengartikan sebuah situasi dimana ekonomi negara tertentu terkoondisikan oleh perkembangan dan ekspansi ekonomi lain yang menjadi tempat bergantung negara-negara tadi

• Klasifikasi-Klasifikasi Teori Ketergantungan
Cardoso menguji kecenderungan dalam literatur ketergantungan. Pembangunan nasional otonom sebagai tanggapan terhadap luasnya keyakinan bahwa pembangunan akan terjadi melalui ekspor komoditas atau investasi asing. Tiga alternatif dihadapi oleh negara terbelakang adalah: ketergantungan, otonomi dan revolusi.

Becha mengajukan lima konsepsi ketergantungan. Pertama, untuk membedakan pembangunan dari keterbelakangan lewat analisis pusat dan batas luar sebagai bagian yang saling bergantung dari suatu sistem kapitalis mendunia. Kedua, berasal dari dependensitas inilah mampu menemukan pijakan yang mampu memadukan kekuatan internal dan eksternal dalam suatu interprestasi pengalaman sebuah negara dependen. Ketiga, menganalisis struktur metropolis satelit dan kontradiksi internal sistem kapitalis. Keempat, ketergantungan baru juga dikenal dengan industri teknologi

• Pendekatan Terhadap Teori Ketergantungan
Seluruh pendekatan teori ketergantungan mengasumsikan sebuah posisi anti imperialis, namun mereka dapat dibedakan dalam kategori non marxis dan marxis.

1. Desarrolista, strukturalis, otonomi pembangunan nasional
Berabad-abad lamanya negar-negara dominan telah mencampuri urusan internal negara lain. Pembentukan institusi keuangan internasional membantu meyakinkan hegemoni negara dominan atas negara dependen dan pembentukan program bantuan seperti Allieance for Progress bertindak sebagai penyamar strategi lama dalam melayani kapitalisme Amerika Serikat.

Sejak masa kolonial Amerika Latin bergantung pada eksport bahan mentah dan komoditas pertanian dalam mengejar pembangunan, namun strategi desarrllo atau pembangunan kearah luar ini digerogoti oleh menurunnya pendapatan ekspor selama depresi tahun 1930-an. Dibawah Ecla strategi berubah menjadi desarrollo kearah dalam. Strategi baru ini didalihkan pada pencapaian otonomi nasional melalui kontrol negara dan perencanaan ekonomi politik dibawah kaum terpelajar borjuis kecil dan borjuis industri.

2. Kolonialisme Internal
Sunkel menyinggung polarisasi didalam negara-negara mengingatkan pada teori kolonialisme internal yang diajukan sosiolog Meksiko, Pablo Gonzales cassanova. Kondisi kelonialisme tradisional yang sama menurutnya diketemukan secara internal sekarang dimana kondisi ini termasuk monopoli dan ketergantungan komunitas terisolasi, menciptakan deformasi ekonomi lokal dan dekapitalisasi, hubungan produksi dan kontrol sosial serta standar hidup dan budaya .

3. Kutub-Kutub Pembangunan
Sebuah turunan dari kolonialisme internal adalah kutub-kutub pembangunan yang pertama kalinya diajukan oleh Perancis Francois Perroux (1968). Teori ini berasumsi bahwa ekonomi terbelakang dicirikan oleh kurangnya infrastruktur transportasi dan komunikasi ganda dengan wilayah maju hadir diantara wilayah subsistem dan oleh ketergantungan terhadap keputusan-keputusan eksternal yang berhubungan dengan produksi barang-barang primer.

4. Pembangungan Kapitalis
Fernando Henrique Cardoso menyatakan gagasan bahwa kapitalisme mendorong keterbelakangan. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa pembangunan kapitalis dapat terjadi dalam situasi dependen. Ia percaya bahwa pembangunan kapitalis dependen telah menjadi bentuk baru dari ekspansi monopolistik di dunia ketiga. Oleh sebab itu pembangunan berlangsung dalam ketergantungan baru.

5. Kapitalisme Monopoli
Baran dan sweezy beralih pada pembangkitan dan penyerapan surplus di bawah kapitalisme monopoli. Surplus adalah perbedaan antara apa yang dihasilkan suatu masyarakat dengan biaya memproduksinya. Perhatian terhadap surplus mereka percayai memungkinkan sebuah analisis yang menghubungkan basis masyarakat dengan suprastruktur ideologi.

6. Subimperialisme
Pendekatan ketergantungan ini hendaknya tidak melewatkan gagasan subimperialisme Ray Mauro marini yang mempengaruhi pembangunan kapasitas Brazil. Ia mencirikan kapitalisme Brazil sebagai siprekslitatif, dengan pesatnya akumulasi modal yang menguntungkan para pemilik proses produksi dan bertambahnya massa berkemiskinan absolut.

7. Pembangunan Keterbelakangan Kapitalis
Tulisan awal Andre Gader Frank (1966) memberikan suatu landasan lain bagi teori ketergantungan. Frank menekankan monopoli komersial ketimbang feodalisme dan bentuk prakapitalis sebagai cara ekonomi metropolis nasional dan regional mengeksploitasi dan menarik surplus satelit-satelit ekonominya. Dengan demikian kapitalisme skala dunia mendorong pembangunan metropole dengan tanggungan satelit terbelakang dan dependen.

8. Ketergantungan Baru
Dos Santos memberikan garis besar tipe ketergantungan. Ketergantungan kolonial mencirikan hubungan antara negara Eropa dengan koloninya dimana monopoli perdaganngan dilengkapi oleh monopoli tanah, Pertambangan dan tenaga kerja dinegara koloni. Ketergantungan industri keuangan mewujudkan dirinya dipenghujung abad kesembilanbelas dengan disatu sisi didominsai oleh pusat hegemoni dan disisi lain investasi modal koloni batas luar untuk memperoleh bahan mentah dan produksi pertanian yang pada giirannya akan dikonsumsi oleh pusat.

Teori ini memahami pembangunan industri bergantung pada ekspor yang mendatangkan mata uang untuk membeli barang-barang modal impor. Ekspor biasanya terikat dengan sektor ekonomi tradisional yang dikontrol kaum borjuis pemilik tanah dan pada gilirannya terkait dengan modal asing.

Teori ketergantungan baru mencoba menunjukkan bahwa huungan negara dependen dengan negara dominan tidak dapat diubah dengan adanya perubahan dalam sruktur internal dan hubungan eksternalnya. Selanjutnya struktur ketergantungan bertambah membawa negara dependen pada keterbelakangan dan memperburuk permasalahan masyarakat ketika negara tersebut mengikuti suatu struktur dan internasional yang dipengaruhi secara kuat oleh peran perusahaan multinasional maupun pasar komoditas dan modal internasional.

IMPERIALISME
Beragam interprestasi membayangi teori imperialisme yang definitive. Jonah Raskin (1971) memperbandingkan inti perspektif imperialisme liberal dan radikal sebagaimana tercermin dalam tulisan kontemporer. Dunia imperialisme hadir dengan mendobrak dinding tulisan abad kesembilan belas. Teori imperialisme umumnya berhubungan dengan kegiatan negara dominan di dunia.

George Lichteim mengambarkan kekaisaran atau imperialisme sebagai hubungan suatu kekuatan penguasa atau pengontrol dengan mereka yang dibawah dominasinya, ia percaya bahwa dominasi dan penaklukkan merupakan elemen imperialisme. Hilangnya kedaulatan atau otonomi menyiratkan bahwa negara berada dibawah dominasi imperial yang dapat terjadi melalui intervensi langsung dan terbuka dari suatu negara kedalam urusan negara lain melalui keuntungan diplomatik atau perjanjian dengan melalui cara ekonomi. Lichtheim menekankan bahwa kebanyakan teori imperialisme adalah rapuh.

Ada dua pendekatan yang mengasumsikan minculnya imperialisme. Pertam, yang berkonsepsi Marxis yang berpendapat bahwa imperialisme merupakan cerminan meluasnya kapitalisme yang diperlukan akibat kontradiksi dalam mode produksi kapitalis. Yang kedua merupakan dorongan liberal berpendapat jika ketidakmerataan adalah akibat dari sistem kapitalis dapat seketika diatur

Berikut ilmuwan-ilmuwan yang bersandar pada dua pendekatan besar tersebut:

A. Hobson
Hobson percaya bahwa seandainya terjadi peningkatan konsumsi domestik maka tidak akan terdapat akses menyangkut barang-barang ataupun modal. Konsumsi domestik yang rendah sebagai penyebab imperialisme

B. Kautsky
Kautsky percaya kelas akan berkonflik dengan kapitalisme dan kapitalisme sendiri akan sirna lewat proses damai. Kautsky membayangkan imperialisme dimana mungkin terdapat eksploitasi kolektif dunia oleh keuangan internasional. Kepentingan kelas kapitalis secara utuh berkonflik dengan kepentingan modal suatu minoritas dalam kapitalisme yang mengandalkan cara-cara militer untuk mendukung upaya-upaya ekspansionis mereka. Dengan demikian modal keuangan bersatu secara internasional dapat membawa pada suatu resolusi damai atas konflik nyata potensial yang ditimbulkan oleh persaingan modal keuangan internasional. Dengan demikinan kapitalisme seharusnya dapat hadir tanpa imperialisme.

B. Schumpeter
Shumpeter menguji tipe-tipe imperialisme merentang dari kekaisaran kuno sehingga pengalaman modern yang diakarkan pada ekonomi prakapitalis. Secara historis imperialisme adalah irasional, satu pencerminan kebutuhan orang-orang yang ingin bertahan dan satu anggapan terhadap kepentingan sosial dan ekonomi dari kelas-kelas penguasa dan individu-individu. Imperialisme tumbuh dari kondisi masa lalu bukannya masa sekarang. Ia berasal dari zaman prakapitalis sehingga akan menghilang dalam era kapitalisme rasional dan progresif.

C. Luxemburg dan Bukharin
Rosa Luxemburg memperluas sebuah teori imperialisme. Inti kepedulian adalah pengujian penetrasi modal kedalam ekonomi primitif. Ia membedakan tiga fase akumulasi modal. Pertama, melibatkan perjuangan modal dengan ekonomi alami di wilayah dimana terdapat komunitas petani dan kepemilikan tanah secara bersama atau sistem feodal, atau juga suatu organisasi ekonomi yang berorientasi pada permintaan internal dimana hanya terdapat sedikit surplus atau permintaan barang-barang luar negeri.

Luxemburg memandang imperialisme sebagai konversi surplus menjadi modal yang diketemukan dimanapun dalam ekonomi dunia dan tidak membatasi akumulasinya pada masyarakat kapitalis terisolasi.

Sementara itu Nikolai Bukhrain memandang bahwa dunia terdiri dari sebuah hubungan sistem produksi dan hubungan sistem produksi dan hubungan pertukaran dalam skala dunia.

D. Lenin
Teori Lenin tantang imperialisme sebagai tahap tertinggi kapitalisme didasarkan pada sebuah analisis seksama atas beberapa ciri ekonomi utama yaitu konsentrasi produksi yang pesat dalam monopoli industri besar. Modal monopoli industri dan bank berpadu menjadi modal keuangan .
Dalam menjelaskan modal keuangan Lenin mendefinisikan kapitalisme sebagai produksi komunitas pada tahap perkembangan tertingginya dimana kekuatan tenaga kerja sendiri menjadi sebuah komoditas. Dibawah kapitalisme baru dicirikan oleh monopoli. Monopoli merupakan salah satu sifat lain imperialisme.

Bagi Lenin imperialisme adalah kapitalisme monopoli. Ini menentukan letak dirinya dalam sejarah karena monopoli tumbuh dari lahan persaingan bebas adalah transisi dari sistem kapitalis menjadi tatanan sosio ekonomi yhang lebih tinggi. Ia mengidentifikasikan empat perwujudan kapitalisme monopoli ini: Pertama, formasi asosiasi, kartel, sindikasi dan badan perwalian kapitalis ketika monopoli merebak dari konsentrasi produksi. Kedua, kebangkitan bank sebagai pemegang monopoli keuangan menghasilkan suatu oligarki keuangan yang menebarkan jarring hubungan ketergantungan tertutup keseluruh institusi ekonomi dan politik masyarkat borjuis tanpa terkecuali. Keempat pembagian dunia kolonial menjadi belahan pengaruh sebuah pencerminan perjuangan modal keuangan demi bahan mentah dan ekspor modal.

No comments:

Post a Comment